SEKALI LAGI TENTANG "SARUNG"
Oleh : Ahmad Saransi
Breaking Sulsel.co.id --- Sarung dalam budaya Bugis memang sangat mengandung nilai adab yang luhur. Salah satu bentuk adab yang khas adalah ᨆᨄᨈᨅᨙ #mappatabè, yaitu tindakan sopan santun ketika seseorang melintas di depan orang yang sedang duduk.
Dalam tradisi Bugis, jika seseorang melewati orang yang sedang duduk, dia harus melakukan #mappatabè, yang artinya "mohon izin" atau "mohon maaf". Ini dilakukan dengan cara sedikit membungkukkan badan sambil menjulurkan salah satu tangan ke bawah dan tangan yg satunya menekan sarung agar tidak berkibas mengenai orang yang dilewati.
Bagi orang Bugis, ᨊᨔᨑᨚᨄᨙᨕ ᨓᨗᨑᨗ ᨒᨗᨄ, nasarompèang wiring lipa—yakni terkena kibasan sarung—merupakan suatu aib atau penghinaan. Hal ini berakar pada penghargaan yang tinggi terhadap kehormatan diri dan orang lain. Menghindari hal ini, maka setiap orang Bugis menjaga kesopanan dalam perilaku mereka, khususnya ketika mengenakan sarung, agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
Selain itu, ada pesan bijak dari orang Bugis yang sangat relevan dengan adab ini:
ᨊᨑᨙᨀᨚ ᨈᨙᨕᨀᨚ ᨊᨔᨑᨚᨇᨙᨕ ᨒᨗᨄ᨞
ᨕᨍ ᨆᨘᨈᨘᨉ ᨑᨗ ᨓᨗᨑᨗ ᨒᨒᨛ᨞
"Narèkko tèyako nasarompèang lipa' aja' mutudang riwiring laleng." Artinya, "bila engkau tidak mau terkibas sarung, jangan duduk di tepi jalan."
Ungkapan ini memberikan pesan agar kita berhati-hati dalam menentukan tempat dan posisi, agar tidak menyebabkan aib atau terhina orang lain. Ini bukan hanya sekedar soal sarung, tetapi juga soal menjaga ᨔᨗᨑᨗ atau kehormatan diri dan menghargai orang lain.
Dengan demikian, pesan bijak ini mengajarkan kita untuk menghindari hal-hal yang bisa membawa ᨔᨗᨑᨗ (siri) atau malu, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. (**)