MARE BUTA : PAKKACAPINNA SOPPENG

0
Oleh : Ahmad Saransi 

Breaking SulSel. Co.Id -- Era tahun 1960-1980an di daerah pedesaan Soppeng terutama di daerah Kecamatan Liliriaja (termasuk Kecamatan Citta sekarsng), dan Lilirilau,  menjadi saksi perkembangan penting dalam tradisi musik daerah, khususnya musik tradisional Pakkacapi.

 Pakkacapi adalah musik yang menggunakan alat musik kecapi, yang merupakan bagian integral dari acara-acara adat dan kebudayaan masyarakat Soppeng.

 Pada masa tersebut, salah satu sosok yang cukup terkenal dalam dunia musik kecapi adalah Mare, yang lebih dikenal dengan nama Mare Buta, mengacu pada kebutaannya yang tidak menghalangi bakat luar biasanya dalam memainkan alat musik tersebut.

Mare Buta semula dikenal sebagai seorang pemain kecapi kemudian pada tahun 1980an ia beralih pemin gambus yang sangat dihormati, terutama karena kemampuannya yang luar biasa meskipun mengalami keterbatasan fisik. 

Dia sering diundang untuk menghibur dalam berbagai acara adat seperti syukuran rumah baru, akikah, maupun pernikahan. Di tengah tradisi yang masih kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan rasa syukur, peran Mare Buta sebagai penghibur sangat penting. Alunan kecapi yang ia mainkan membawa suasana penuh kehangatan dan keceriaan dalam setiap perayaan yang dihadiri.

Selain keahliannya dalam memainkan kecapi, keistimewaan lain dari Mare Buta adalah kemampuannya untuk mengetahui waktu meskipun ia tidak dapat melihat. Hal ini membuatnya semakin dihormati dalam komunitasnya. 

Pada setiap pertunjukan, misalnya ketika bermain pada jam 22.40 malam, Mare Buta akan memberitahukan bahwa tidak lama lagi ia akan berhenti bermain karena pada pukul 23.00 malam, ia sudah memastikan untuk berhenti sesuai dengan kebiasaannya. Ini menunjukkan kedalaman ketajaman indra lainnya yang ia miliki, sebuah kemampuan yang sangat mengagumkan bagi banyak orang.

Peran Mare Buta tidak hanya terbatas pada kemampuan teknis bermain kecapi, tetapi juga pada aspek filosofis dan spiritual dalam tradisi masyarakat Soppeng. Musik kecapi yang dimainkan oleh Mare Buta menjadi simbol kesatuan, ketenangan, dan keabadian waktu yang mengiringi setiap proses kehidupan masyarakat setempat.

 Keberadaannya menjadi penanda bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk menjadi bagian yang sangat penting dalam tradisi dan budaya.

Secara keseluruhan, era 1960-1980an di Soppeng menunjukkan bagaimana musik tradisional Pakkacapi, dengan sosok legendaris seperti Mare Buta, memainkan peran yang sangat besar dalam memperkaya kehidupan sosial dan budaya masyarakat. 

Mare Buta, dengan kemampuannya yang luar biasa, menjadi contoh inspiratif tentang bagaimana ketekunan, bakat, dan semangat bisa mengatasi segala keterbatasan.(**)

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)