Jakarta
breakingsulsel.com -- Jumat (06/01/2023) Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai potensi kemarau yang lebih kering dibanding tahun 2022, serta kemungkinan kehadiran variabilitas iklim EL Nino lemah di akhir tahun 2023 telah mendorong Menko Marvest Luhut B. Panjaitan untuk membentuk Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) guna mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, serta dalam rangka pengisian air di waduk-waduk guna menjamin ketersediaan air untuk pertanian.
Instruksi Menko Marvest ditindak-lanjuti dengan Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) di BMKG-Jakarta, dipimpin Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dihadiri Deputi Menko Marvest, Nani Hendiarti, para Deputi BMKG, Mantan Menko Kemaritiman, Indroyono Soesilo serta Tim TMC dan Tim Industri Jasa TMC di Indonesia Jakarta.
Dalam pengantarnya, Deputi Menko Marvest menegaskan bahwa sukses pelaksanaan TMC diberbagai wilayah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sukses diterapkan dalam gelaran KTT G 20 di Bali pada 15-16 November 2022 lalu, mendorong Pemerintah untuk memperkuat TMC baik dari segi teknologi, sumberdaya maupun kelembagaannya.
Berdasarkan pengalaman yang telah dipetik maka perlu disodorkan pilihan-pilihan kebijakan agar TMC bisa diperkuat dan bisa diterapkan diberbagai kegiatan dalam sistem pengelolaan sumberdaya air terintegrasi.
Pakar TMC Tri Handoko Seto memaparkan kegiatan TMC di Indonesia pada 3 tahun terakhir yang jumlahnya meningkat pesat setiap tahunnya, utamanya untuk pengisian air di waduk waduk, untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta untuk pengurangan densitas hujan diberbagai wilayah.
Mantan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), yang juga pakar TMC, Asep Karsidi memaparkan perkembangan teknologi TMC yang sudah bergerak maju dari Operasi Hujan Buatan lewat penebaran benih semai dari udara menggunakan pesawat besar menuju ke operasi TMC menggunakan teknologi flares yang diangkut pesawat kecil bermesin tunggal, namun memiliki daya lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pesawat besar.
Disamping itu, tersedia pula teknologi TMC bersifat statis menggunakan flares yang dinyalakan di cerobong, dipasang diwilayah yang hujannya lebat, agar bisa membaurkan awan sehingga bisa mengurangi densitas hujan dan mencegah banjir.
Operasionalisasi teknologi flares statis telah berlangsung di konsesi-konsesi pertambangan batubara di Kalimantan Timur guna menjamin operasi tambang tidak terganggu hujan yang lebat.
Selain kesiapan pesawat-pesawat TNI-AU untuk operasionalisasi TMC konvensional, saat ini industri jasa TMC di Indonesia telah menyiapkan 14 pesawat bermesin
tunggal guna melaksanakan operasi TMC menerapkan teknologi flares.
Kedepannya, Rakornis juga menyepakati bahwa penguatan TMC di Indonesia perlu didukung sistem standarisasi yang baku, yang dihimpun dari hasil kajian beragam TMC yang telah dilaksanakan dan yang sedang berlangsung.
Kegiatan TMC pada tahun 2023 ini diharapkan dapat digelar pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau, dimana ketersediaan awan cukup dan berpotensi diturunkan menjadi hujan sesuai data cuaca yang disiapkan BMKG.
(Lina)