Jakarta
breakingsulsel.com -- Museum Kavaleri Indonesia yang akan di bangun di wilayah cagar budaya Bandung harus bernuansa natural, alami dan “green”. Hal ini disampaikan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono saat menerima Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD (Danpussenkav) Mayjen Yanuar Adil, yang didampingi Direktur Pembinaan Kesenjataan Pussenkav, Brigjen Agus Erwan Senin (16/01/2023).
Menteri PUPR kemudian menugasi Dirjen Cipta Karya, Diana Kusumastuti untuk menyusun perencanaan Museum sekaligus memulai pembangunannya. Hadir pada pertemuan tersebut Menko Kemaritiman 2014-2015, Indroyono Soesilo.
Komandan Pussenkav, Mayjen Yanuar Adil mengatakan, "Museum Kavaleri Indonesia ini akan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah militer di Kota Bandung, mengingat sejak jaman Pra-Kemerdekaan banyak bangunan dan instalasi militer di Kota Bandung yang kesemuanya telah menjadi bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. "
"Museum Kavaleri Indonesia akan menempati bangunan cagar budaya di Jalan Gatot Subroto – Bandung dan direncanakan akan mengabadikan sekitar 20 tank dan panser Kavaleri TNI-AD, yang kesemuanya memiliki kesejarahan panjang Korps Lapis Baja Indonesia, yang telah berusia 73 tahun ini," kata Mayjen Yanuar Adil di Jakarta, Senin (16/01/2023).
Sejarah mencatat, saat bertempur menghadapi Sekutu pada November 1945, arek-arek Suroboyo, sudah menggunakan Combat Tank Light Series (CTLS), tank Bren Carrier dan panser Marmon Herrington hasil rampasan dari tentara Jepang. Pasca Konferensi Meja Bundar – Den Haag (1949) dan pengakuan Kedaulatan RI, Belanda menyerahkan sekitar 100 unit tank dan panser mereka kepada Korps Kavaleri Indonesia yang dibentuk pada 9 Februari 1950.
73 tahun pengabdian Korps Kavaleri TNI-AD kepada NKRI sangatlah luar biasa. Dengan Motto Tri Daya Cakti, yang mencakup Daya Gerak, Daya Tembak dan Daya Kejut, satuan Kavaleri TNI sudah diterjunkan pada penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan (1950), juga pada Penumpasan Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) – 1950. Torehan sejarah gugurnya Komandan Groep-II TNI, Letkol Slamet Rijadi, diatas panser kavaleri TNI saat memasuki Kota Ambon, 4 November 1950.
Satuan - Satuan kavaleri juga dilibatkan dalam penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Sumatera Utara (1958), pada Penumpasan Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat (1950 – 1962), Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat (1962-1963) serta Operasi Penumpasan G-30-S/PKI tahun 1965.
Kehadiran panser panser Saracen Kavaleri TNI-AD mengusung peti jenazah Para Pahlawan Revolusi telah abadi dalam ingatan Bangsa Indonesia.
Tank dan Panser Kavaleri TNI-AD juga dilibatkan dalam Operasi Seroja di Timor Timur serta Operasi Keamanan Dalam Negeri di Aceh. Saat Ibukota Jakarta dalam suasana genting, seperti peristiwa Malari 1974 dan peristiwa Reformasi 1998, tank dan panser kavaleri TNI-AD selalu berpatroli berkeliling ibukota.
Satuan Kavaleri TNI-AD juga bergabung dalam Kontingen Garuda Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Congo-Afrika (1960), bergabung dalam Kontingen Garuda Pasukan Penjaga Perdamaian PBB UNTAC di Kamboja (1992-93), serta dalam Kontingen Garuda Penjaga Perdamaian PBB, UNIFIL-Lebanon, hingga saat ini.
Tidak itu saja, hingga saat ini, Detasemen Kavaleri Berkuda TNI-AD selalu aktif dilibatkan dalam upacara-upacara kenegaraan dan untuk menyambut tamu tamu Negara.
Kesemua kiprah dan pengabdian Korps Baret Hitam TNI-AD ini akan dilestarikan dan diabadikan melalui sebuah Museum Kavaleri di Kota Bandung, guna diwariskan kepada generasi penerus TNI maupun untuk generasi muda Indonesia secara keseluruhan.
(Lina)